GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
LATIHAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHAP 1
SILAHKAN BUKA AKUN SIMASKOT MASING-MASING, SOAL SUDAH DISETTING BERDASARKAN JAM MATA PELAJARAN SISWA/I.
MASTER UJIAN BERNAMA "LATIHAN UJIAN SEKOLAH TAHAP 1"
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
LATIHAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHAP 1
SILAHKAN BUKA AKUN SIMASKOT MASING-MASING, SOAL SUDAH DISETTING BERDASARKAN JAM MATA PELAJARAN SISWA/I.
MASTER UJIAN BERNAMA "LATIHAN UJIAN SEKOLAH TAHAP 1"
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
LATIHAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHAP 1
SILAHKAN BUKA AKUN SIMASKOT MASING-MASING, SOAL SUDAH DISETTING BERDASARKAN JAM MATA PELAJARAN SISWA/I.
MASTER UJIAN BERNAMA "LATIHAN UJIAN SEKOLAH TAHAP 1"
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
LATIHAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHAP 1
SILAHKAN BUKA AKUN SIMASKOT MASING-MASING, SOAL SUDAH DISETTING BERDASARKAN JAM MATA PELAJARAN SISWA/I.
MASTER UJIAN BERNAMA "LATIHAN UJIAN SEKOLAH TAHAP 1"
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Dalam ilmu fisika, transformasi Lorentz merupakan transformasi koordinat untuk gerak partikel yang sangat cepat mendekati kecepatan cahaya. Ini adalah salah satu konsep yang menjadi dasar teori relativitas khusus.
Dalam sejarahnya, transformasi Lorentz ini merupakan hasil dari usaha fisikawan Belanda, yaitu H.A Lorenzt pada tahun 1890 untuk menjelaskan mengapa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan dan untuk memahami simetri dari hukum-hukum elektromagnetisme. Transformasi Lorentz ini bersesuaian dengan relativitas khusus Albert Einstein, tetapi diturunkan lebih dahulu.
Kerangka acuan sendiri bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu inersia (bergerak relative dengan kecepatan konstan) dan non-inersia (mengalami percepatan, bergerak melengkung, gerak rotasi dengan kecepatan sudut konstan). Istilah “transformasi Lorentz ini hanya mengacu pada transformasi antar kerangka inersia, biasanya dalam konteks relativitas khusus.
Tidak seperti pada transformasi Galileo yang menyatakan bahwa waktu bersifat mutlak yang berarti kejadian yang sama yang diamati oleh pengamat pada kerangka acuan S dan pengamat pada kerangka acuan S yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan S adalah dalam selang waktu yang sama.
Namun, Transformasi Lorentz menyatakan bahwa waktu bersifat relatif, sehingga kejadian yang diamati oleh 2 pengamat pada dua kerangka acuan yang berbeda tidak terjadi pada selang waktu yang sama.
Pada masing-masing kerangka acuan, pengamat bisa menggunakan sebuah sistem koordinat lokal (biasanya koordinat Kartesius dalam konteks ini) untuk mengukur jarak, dan sebuah jam untuk mengukur interval waktu. Misalnya, terdapat titip P yang terletak pada 2 kerangka acuan yaitu kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x,y, z,t) dan kerangka acuan S’ dengan sistem koordinat (x’, y’, z’, t’). lorezt menyatakan bahwa waktu bersifat relative sehingga t’ ≠ t.
Pada saat mula-mula (t = 0), kedua kerangka acuan tersebut saling berimpit, kemudian kerangka acuan S’ bergerak dengan kecepatan konstan v dalam arah x positif terhadap kerangka acuan S. Titik P ikut bergerak bersama kerangka acuan S’, sehingga memiliki sistem koordinat terhadap kerangka acuan S dan kerangka acuan S’ sama seperti yang dituliskan sebelumnya.
Contoh soal :
Seorang pengamat yang diam di bumi mengamati sebuah benda langit pada jarak 16 x 106 m dengan menggunakan sebuah teleskop. Jika sebuah pesawat antariksa melintasi pengamat tersebut dengan kecepatan konstan 0,1c lurus kearah benda langit tersebut, tentukanlah jarak benda langit dari pesawat antariksa setelah 10 sekon?
Pembahasan :
Diketahui :
x = 16 x 108 m
v = 0,1c
t = 10s
jarak benda langit dari pesawat antariksa adalah?
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Dalam ilmu fisika, transformasi Lorentz merupakan transformasi koordinat untuk gerak partikel yang sangat cepat mendekati kecepatan cahaya. Ini adalah salah satu konsep yang menjadi dasar teori relativitas khusus.
Dalam sejarahnya, transformasi Lorentz ini merupakan hasil dari usaha fisikawan Belanda, yaitu H.A Lorenzt pada tahun 1890 untuk menjelaskan mengapa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan dan untuk memahami simetri dari hukum-hukum elektromagnetisme. Transformasi Lorentz ini bersesuaian dengan relativitas khusus Albert Einstein, tetapi diturunkan lebih dahulu.
Kerangka acuan sendiri bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu inersia (bergerak relative dengan kecepatan konstan) dan non-inersia (mengalami percepatan, bergerak melengkung, gerak rotasi dengan kecepatan sudut konstan). Istilah “transformasi Lorentz ini hanya mengacu pada transformasi antar kerangka inersia, biasanya dalam konteks relativitas khusus.
Tidak seperti pada transformasi Galileo yang menyatakan bahwa waktu bersifat mutlak yang berarti kejadian yang sama yang diamati oleh pengamat pada kerangka acuan S dan pengamat pada kerangka acuan S yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan S adalah dalam selang waktu yang sama.
Namun, Transformasi Lorentz menyatakan bahwa waktu bersifat relatif, sehingga kejadian yang diamati oleh 2 pengamat pada dua kerangka acuan yang berbeda tidak terjadi pada selang waktu yang sama.
Pada masing-masing kerangka acuan, pengamat bisa menggunakan sebuah sistem koordinat lokal (biasanya koordinat Kartesius dalam konteks ini) untuk mengukur jarak, dan sebuah jam untuk mengukur interval waktu. Misalnya, terdapat titip P yang terletak pada 2 kerangka acuan yaitu kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x,y, z,t) dan kerangka acuan S’ dengan sistem koordinat (x’, y’, z’, t’). lorezt menyatakan bahwa waktu bersifat relative sehingga t’ ≠ t.
Pada saat mula-mula (t = 0), kedua kerangka acuan tersebut saling berimpit, kemudian kerangka acuan S’ bergerak dengan kecepatan konstan v dalam arah x positif terhadap kerangka acuan S. Titik P ikut bergerak bersama kerangka acuan S’, sehingga memiliki sistem koordinat terhadap kerangka acuan S dan kerangka acuan S’ sama seperti yang dituliskan sebelumnya.
Contoh soal :
Seorang pengamat yang diam di bumi mengamati sebuah benda langit pada jarak 16 x 106 m dengan menggunakan sebuah teleskop. Jika sebuah pesawat antariksa melintasi pengamat tersebut dengan kecepatan konstan 0,1c lurus kearah benda langit tersebut, tentukanlah jarak benda langit dari pesawat antariksa setelah 10 sekon?
Pembahasan :
Diketahui :
x = 16 x 108 m
v = 0,1c
t = 10s
jarak benda langit dari pesawat antariksa adalah?
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Dalam ilmu fisika, transformasi Lorentz merupakan transformasi koordinat untuk gerak partikel yang sangat cepat mendekati kecepatan cahaya. Ini adalah salah satu konsep yang menjadi dasar teori relativitas khusus.
Dalam sejarahnya, transformasi Lorentz ini merupakan hasil dari usaha fisikawan Belanda, yaitu H.A Lorenzt pada tahun 1890 untuk menjelaskan mengapa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan dan untuk memahami simetri dari hukum-hukum elektromagnetisme. Transformasi Lorentz ini bersesuaian dengan relativitas khusus Albert Einstein, tetapi diturunkan lebih dahulu.
Kerangka acuan sendiri bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu inersia (bergerak relative dengan kecepatan konstan) dan non-inersia (mengalami percepatan, bergerak melengkung, gerak rotasi dengan kecepatan sudut konstan). Istilah “transformasi Lorentz ini hanya mengacu pada transformasi antar kerangka inersia, biasanya dalam konteks relativitas khusus.
Tidak seperti pada transformasi Galileo yang menyatakan bahwa waktu bersifat mutlak yang berarti kejadian yang sama yang diamati oleh pengamat pada kerangka acuan S dan pengamat pada kerangka acuan S yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan S adalah dalam selang waktu yang sama.
Namun, Transformasi Lorentz menyatakan bahwa waktu bersifat relatif, sehingga kejadian yang diamati oleh 2 pengamat pada dua kerangka acuan yang berbeda tidak terjadi pada selang waktu yang sama.
Pada masing-masing kerangka acuan, pengamat bisa menggunakan sebuah sistem koordinat lokal (biasanya koordinat Kartesius dalam konteks ini) untuk mengukur jarak, dan sebuah jam untuk mengukur interval waktu. Misalnya, terdapat titip P yang terletak pada 2 kerangka acuan yaitu kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x,y, z,t) dan kerangka acuan S’ dengan sistem koordinat (x’, y’, z’, t’). lorezt menyatakan bahwa waktu bersifat relative sehingga t’ ≠ t.
Pada saat mula-mula (t = 0), kedua kerangka acuan tersebut saling berimpit, kemudian kerangka acuan S’ bergerak dengan kecepatan konstan v dalam arah x positif terhadap kerangka acuan S. Titik P ikut bergerak bersama kerangka acuan S’, sehingga memiliki sistem koordinat terhadap kerangka acuan S dan kerangka acuan S’ sama seperti yang dituliskan sebelumnya.
Contoh soal :
Seorang pengamat yang diam di bumi mengamati sebuah benda langit pada jarak 16 x 106 m dengan menggunakan sebuah teleskop. Jika sebuah pesawat antariksa melintasi pengamat tersebut dengan kecepatan konstan 0,1c lurus kearah benda langit tersebut, tentukanlah jarak benda langit dari pesawat antariksa setelah 10 sekon?
Pembahasan :
Diketahui :
x = 16 x 108 m
v = 0,1c
t = 10s
jarak benda langit dari pesawat antariksa adalah?
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Dalam ilmu fisika, transformasi Lorentz merupakan transformasi koordinat untuk gerak partikel yang sangat cepat mendekati kecepatan cahaya. Ini adalah salah satu konsep yang menjadi dasar teori relativitas khusus.
Dalam sejarahnya, transformasi Lorentz ini merupakan hasil dari usaha fisikawan Belanda, yaitu H.A Lorenzt pada tahun 1890 untuk menjelaskan mengapa laju cahaya tidak dipengaruhi oleh kerangka acuan dan untuk memahami simetri dari hukum-hukum elektromagnetisme. Transformasi Lorentz ini bersesuaian dengan relativitas khusus Albert Einstein, tetapi diturunkan lebih dahulu.
Kerangka acuan sendiri bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu inersia (bergerak relative dengan kecepatan konstan) dan non-inersia (mengalami percepatan, bergerak melengkung, gerak rotasi dengan kecepatan sudut konstan). Istilah “transformasi Lorentz ini hanya mengacu pada transformasi antar kerangka inersia, biasanya dalam konteks relativitas khusus.
Tidak seperti pada transformasi Galileo yang menyatakan bahwa waktu bersifat mutlak yang berarti kejadian yang sama yang diamati oleh pengamat pada kerangka acuan S dan pengamat pada kerangka acuan S yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan S adalah dalam selang waktu yang sama.
Namun, Transformasi Lorentz menyatakan bahwa waktu bersifat relatif, sehingga kejadian yang diamati oleh 2 pengamat pada dua kerangka acuan yang berbeda tidak terjadi pada selang waktu yang sama.
Pada masing-masing kerangka acuan, pengamat bisa menggunakan sebuah sistem koordinat lokal (biasanya koordinat Kartesius dalam konteks ini) untuk mengukur jarak, dan sebuah jam untuk mengukur interval waktu. Misalnya, terdapat titip P yang terletak pada 2 kerangka acuan yaitu kerangka acuan S dengan sistem koordinat (x,y, z,t) dan kerangka acuan S’ dengan sistem koordinat (x’, y’, z’, t’). lorezt menyatakan bahwa waktu bersifat relative sehingga t’ ≠ t.
Pada saat mula-mula (t = 0), kedua kerangka acuan tersebut saling berimpit, kemudian kerangka acuan S’ bergerak dengan kecepatan konstan v dalam arah x positif terhadap kerangka acuan S. Titik P ikut bergerak bersama kerangka acuan S’, sehingga memiliki sistem koordinat terhadap kerangka acuan S dan kerangka acuan S’ sama seperti yang dituliskan sebelumnya.
Contoh soal :
Seorang pengamat yang diam di bumi mengamati sebuah benda langit pada jarak 16 x 106 m dengan menggunakan sebuah teleskop. Jika sebuah pesawat antariksa melintasi pengamat tersebut dengan kecepatan konstan 0,1c lurus kearah benda langit tersebut, tentukanlah jarak benda langit dari pesawat antariksa setelah 10 sekon?
Pembahasan :
Diketahui :
x = 16 x 108 m
v = 0,1c
t = 10s
jarak benda langit dari pesawat antariksa adalah?
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Demikian materi kita pada pertemuan kali ini, silahkan dipelajari lagi di rumah. Bila ada pertanyaan silahkan diajukan pada pertemuan kita selanjutnya.
Wassalamu'alaikum..
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan, dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Assalamu'alaikum...
Anak-anak..bagaimana kabar kalian hari ini? InsyaAllah baik ya..
Di pertemuan kali ini kita akan melanjutkan pembelajaran kita. Pada pertemuan kali ini kita akan membahas postulat-postulat Einstein.
Baik, silahkan kalian simak terlebih dahulu materi di bawah ini!
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Demikian materi kita pada pertemuan kali ini, silahkan dipelajari lagi di rumah. Bila ada pertanyaan silahkan diajukan pada pertemuan kita selanjutnya.
Wassalamu'alaikum..
MATA PELAJARAN : FISIKA
GURU PENGAMPU : ROSMAWATI, S.Pd
3.7 Menganalisis
fenomena perubahan panjang, waktu, dan massa dikaitkan dengan kerangka acuan,
dan kesetaraan massa dengan energi dalam teori relativitas khusus
4.7 Menyelesaikan masalah terkait dengan konsep relativitas panjang, waktu, massa, dan kesetaraan massa dengan energi
Assalamu'alaikum...
Anak-anak..bagaimana kabar kalian hari ini? InsyaAllah baik ya..
Di pertemuan kali ini kita akan melanjutkan pembelajaran kita. Pada pertemuan kali ini kita akan membahas postulat-postulat Einstein.
Baik, silahkan kalian simak terlebih dahulu materi di bawah ini!
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Demikian materi kita pada pertemuan kali ini, silahkan dipelajari lagi di rumah. Bila ada pertanyaan silahkan diajukan pada pertemuan kita selanjutnya.
Wassalamu'alaikum..
Teori relativitas adalah teori sains yang pernah digagas oleh ilmuwan bernama Albert Einstein pada rentang waktu antara 1905 hingga 1915. Seperti dicatat dalam laman Live Science, secara mendasar teori relativitas dapat dimaknai sebagai sifat-sifat konstan dari hukum fisika yang berlaku universal (di mana saja).
Jika manusia di Bumi mengalami dan menjalani hukum fisika mengenai gravitasi dan kecepatan cahaya, misalnya, maka hukum tersebut akan berlaku sama jika manusia berada di mana pun di alam semesta ini. Nah, universalitas inilah yang diulas secara mendalam dalam sebuah gagasan teori bernama relativitas.
Meskipun hukum fisika tetap berlalu sama, perasaan tiap-tiap orang terhadap hukum-hukum tersebut akan berbeda satu sama lain. Misalnya, jika si A sedang menumpangi sebuah wahana dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka si A akan merasa bahwa waktu yang ada di sekitarnya menjadi lambat. Padahal, orang-orang lain yang berada di luar wahana tersebut merasa waktu berjalan sama saja seperti biasa.
Secara nyata, hukum fisika mengenai waktu sebetulnya tetap. Namun, perbedaan sudut pandang antara si A dengan orang lain inilah yang dapat berbeda atau dianggap relatif. Ada lagi contoh sederhana: Jika si A melakukan sesuatu yang ia senangi, maka waktu seakan bergerak cepat. Sedangkan, jika ia melakukan hal yang tidak disukai, maka ia merasa waktu berjalan sangat lambat.
Nah, di sini kamu mulai paham, kan? Secara mendasar, konsep relativitas menjelaskan tentang universalitas hukum fisika, alias hukum fisika akan berlaku sama di mana pun meskipun kamu berada di ujung alam semesta. Namun, cara pandang kamu terhadap kejadian di sekitarmu yang membuatnya berbeda, itulah yang disebut relatif.
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Teori relativitas adalah teori sains yang pernah digagas oleh ilmuwan bernama Albert Einstein pada rentang waktu antara 1905 hingga 1915. Seperti dicatat dalam laman Live Science, secara mendasar teori relativitas dapat dimaknai sebagai sifat-sifat konstan dari hukum fisika yang berlaku universal (di mana saja).
Jika manusia di Bumi mengalami dan menjalani hukum fisika mengenai gravitasi dan kecepatan cahaya, misalnya, maka hukum tersebut akan berlaku sama jika manusia berada di mana pun di alam semesta ini. Nah, universalitas inilah yang diulas secara mendalam dalam sebuah gagasan teori bernama relativitas.
Meskipun hukum fisika tetap berlalu sama, perasaan tiap-tiap orang terhadap hukum-hukum tersebut akan berbeda satu sama lain. Misalnya, jika si A sedang menumpangi sebuah wahana dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka si A akan merasa bahwa waktu yang ada di sekitarnya menjadi lambat. Padahal, orang-orang lain yang berada di luar wahana tersebut merasa waktu berjalan sama saja seperti biasa.
Secara nyata, hukum fisika mengenai waktu sebetulnya tetap. Namun, perbedaan sudut pandang antara si A dengan orang lain inilah yang dapat berbeda atau dianggap relatif. Ada lagi contoh sederhana: Jika si A melakukan sesuatu yang ia senangi, maka waktu seakan bergerak cepat. Sedangkan, jika ia melakukan hal yang tidak disukai, maka ia merasa waktu berjalan sangat lambat.
Nah, di sini kamu mulai paham, kan? Secara mendasar, konsep relativitas menjelaskan tentang universalitas hukum fisika, alias hukum fisika akan berlaku sama di mana pun meskipun kamu berada di ujung alam semesta. Namun, cara pandang kamu terhadap kejadian di sekitarmu yang membuatnya berbeda, itulah yang disebut relatif.
Postulat relativitas Einstein merujuk pada kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan (tetap) relatif terhadap kerangka acuan inersia lainnya. Dari hasil kajiannya, Einstein mengemukakan dua postulat, yaitu:
Postulat ini didasarkan pada tidak adanya kerangka acuan umum yang diam mutlak, sehingga tidak dapat ditentukan mana yang dalam keadaan diam dan mana yang dalam keadaan bergerak.
Misalnya, seseorang berinisial A berada di dalam pesawat dan seseorang berinisial B berada di permukaan bumi. Dari sudut pandang A, pesawat diam terhadap dirinya dan permukaan bumi-lah yang bergerak.
Sedangkan dari sudut pandang B, permukaan bumi tempat dia berpijak yang tetap diam dan pesawat tempat A beradalah yang bergerak. Itulah kenapa disebut relativitas ya! Karena semua kerangka acuan inersianya kita pandang secara relatif, tergantung di mana sudut pandang kita berada!
Pada postulat ini, Einstein menyatakan bahwa kecepatan cahaya (c) yang merambat di ruang hampa udara (ruang vakum) bernilai sama untuk semua kerangka acuan inersia.
Jadi, ketika kerangka acuan yang kita gunakan adalah kerangka acuan inersia, maka nilai kecepatan cahaya itu selalu sama, mau kita memandang dari kerangka acuan inersia yang satu maupun kerangka acuan inersia lainnya.
Terus, kalau mediumnya berupa ruang hampa udara (ruang vakum), kecepatan cahaya itu konstan dinilai sekitar 3108 m/s ya! Nah dampak dari postulat kedua relativitas khusus Einstein ini menyebabkan, segala pengukuran peristiwa relativistik harus dibandingkan dengan kecepatan cahaya dan tidak ada kecepatan yang lebih besar dari kecepatan cahaya.
Nama : Rosmawati, S.Pd, Gr Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII